Pembelaan Penyuka Sliding Tackle Di Game Sepak Bola

Percayalah, main game sepak bola tanpa tackle mending ga usah main

Amary
3 min readJan 5, 2021

Dari banyak opsi yang banyak orang pilih untuk menghibur diri, salah satu yang paling populer adalah dengan bermain game. Pilihan gamenya pun bermacam-macam, mulai dari game yang sederhana, game asah otak, game yang bisa dimainkan oleh satu orang maupun multiplayer.

Photo by JESHOOTS.COM on Unsplash

Khusus untuk game mutiplayer, terkadang esensi bermain gamenya malah sedikit berkurang karena dominannya adalah tipe game kompetisi. Saya adalah penyuka game sepak bola (PES dan FIFA, dan mohon hentikan perdebatan tentang mana yang lebih baik), begitu juga dengan teman-teman satu kelas saat kuliah dulu.

Saya ingat betul ketika pulang ngampus, kami selalu nongkrong di kosan salah satu dari kami dan bermain game sepak bola di laptop. Formatnya lebih sering cup namun tidak jarang memilih format liga jika hari jumat karena besoknya libur. Nah, karena ini game kompetisi maka akan selalu muncul persaingan dan adu gengsi, tidak jarang intrik dan komplain pun muncul.

Contoh yang selalu ada adalah soal sliding tackle. Sejujurnya saya sangat suka menggunakan fitur ini. Bermain game sepak bola tanpa melakukan sliding tackle untuk merebut bola ko rasanya aneh ya. Tapi ini yang terjadi dengan beberapa teman-teman saya. Mereka masuk yang tergolong anti melakukannya.

Saya malah sering kena omelan filosofis mereka kalo main itu harus bersih. Ini pun sepertinya terjadi untuk orang-orang di luar sana yang sepemikiran dengan hal tersebut. Jujur saja, kalo di sepak bola yang nyata saya cenderung menyukai permainan yang minim sliding tackle seperti layaknya Paolo Maldini. Tapi karena ini di game dan kompetisi, saya lebih memilih menjadi Sergio Ramos. Bodo amat, kita ingin menang bung!

Kurang lebih lima tahun saya menjadi praktisi sliding tackle dan beberapa alasan ini bisa pembaca gunakan ketika kena omelan teman. Lumayan loh buat psywar.

#1 Ini Taktik Bro

Namanya juga di dalam posisi bertahan pasti sebisa mungkin kita mencari-cari kesempatan ketika si musuh sedang ada di posisi yang tidak dominan menguasai bola. Coba saja untuk merebutnya dengan sliding tackle atau ketika kalian terhimpit situasi transisi dari menyerang ke bertahan

Kalo mau bikin temen kalian jengkel, jawab saja omelan mereka dengan jawaban yang agak elit. Misalnya mereka komplain karena mereka baru saja memulai serangan yang sangat ciamik lalu kita tackle dan berujung komplain, “curang banget sih lu, padahal peluang bagus”. Maka kalian bisa bales gini:

“bro, yang gue pelajari dari Pep Guardiola pas dia bisa ngeraih enam gelar di Barca itu dia pake strategi tactical foul”. Dijamin temen kalian jengkel denger alesan ini, ya hitung-hitung memberikan efek psikologis. Tapi pastikan kalo kalian bisa menang di akhir pertandingan. Jangan sampe kalian kalah dan disebut omdo alias omong doang.

#2 Sebuah keharusan

Pasti pernah kan merasakan momen dimana tim kita kena serang balik yang sangat cepat dan hanya menyisakan situasi satu lawan satu antara penyerang lawan dan bek kita. Kalo misalnya penyerang lawan punya kecepatan yang biasa aja sih mungkin agak bisa dikendalikan, tapi kalo larinya cepat seperti Mbappe misalnya?

Sebenarnya resiko bek yang berkorban ini bisa saja dialihkan ke kiper dengan membuat si kiper maju dan mengganggu striker lawan. Bahayanya adalah ternyata teman kalian melakukan chip dan akhirnya gol. Nah sliding tackle adalah sebuah keharusan. Hal ini juga berlaku di situasi untuk menjaga keunggulan kalian di menit-menit akhir. Konsekuensinya tentu pasti diganjar kartu.

Tapi tidak ada yang lebih memuaskan selain bisa menang dengan menggagalkan peluang emas lawan di menit akhir, dan menatap muka asem teman kalian setelah kalah. Puas banget.

#3 Jawaban eksistensial

Ini adalah alasan yang biasa saya jawab ketika saya dikomplain soal sliding tackle. Misalnya ketika playmaker lawan yang punya akurasi passing bagus sedang menguasai bola dan akan melakukan umpan terobosan ke striker yang berlari menuju ruang kosong (saya biasa menyebutnya umpan “segitiga panjang”).

Nah kalo kalian merasa situasi itu akan berujung bahaya maka sebaiknya tackle saja. Kalo teman kalian komplain, maka jawab saja kurang lebih begini: “Lah kan ada tombolnya. Untuk apa ada tombol ‘O’ kalo ga boleh dipencet?”

Saya jamin mereka benar-benar jengkel mendengar alasan masuk akal ini.

--

--

Amary
Amary

No responses yet